Tak Kunjung Hujan Lagi, Sebagian Warga Orang Gunung terancam Gagal Panen



Sekitar 25 hari yang lalu, tepat hari Sabtu tanggal 14 Oktober. Hujan cukup lebat turun didaerah kami, akan tetapi hanya berlangsung sebentar. Petani orang gunung cukup gembira menyambut datangnya hujan itu. Sebab ladang-ladangnya cukup basah bermandikan air hujan. Mereka mengira hujan itu pertanda penutup dari musim kemarau dan menjadi pembuka musim hujan, dan biasanya hujan setiap hari berkelanjutan.
Disusul hujan kedua pada hari Rabu 17 Oktober 2017 semakin meyakinkan warga orang gunung pertanda datangnya musim hujan. Dan semakin yakin untuk bisa bercocok tanam. Berangkat dari keyakinan itu. Dibuktikan keesokan hari nya sebagian petani orang gunung memulai memberanikan diri menanam, ada yang padi, jagung dan kacang. Biasanya sibuk nyabit rumput untuk ternaknya. Tapi mereka terlihat sibuk menanam dari pagi hingga pematang pagi. Dari beberapa obrolan silaturrahim tetangga mereka ada yang sampai menghabiskan Rp. 350.000,00 untuk membeli bibit tanamannya. “Jagung sekarang mahal antara Rp.62.000,00 s.d Rp. 65,000,00” keluhnya. Ladang-ladang mereka cukup luas untuk ditanami, sehingga ada yang menghabiskan bibit jagung 5-7 kg perladang.  
Mereka sangat bersyukur dengan hadirnya hujan. Sesuai dengan apa yang disampaikan diforum-forum pengajian oleh pak kiyai bahwa hujan itu adalah rahmat. Mereka menganggap itu adalah rahmat yang sangat diharapkan. Dari itu mereka bisa bercocok tanam, sehingga bisa memenuhi kebutuhan dapurnya saat panen datang. Juga mereka sangat lega bisa menyelesaikan pekerjaan ladangnya.
Hari keesokannya datang. Berharap hujan masih bersahabat. Akan tetapi malah panas kering seperti kemarau yang dijumpainya. Begitupun keesokan lusanya, terus sampai dapat tujuh hari hujan semakin tak bersahabat. Hanya awan mendung bergumpalan lewat diatas seakan-akan mau menumpahkan air uapnya tapi tak kunjung menangis hingga bisa membasahi ladang-ladang warga kami orang gunung. Seakan-akan enggan, entah kenapa dan isyarat apa ini. Hanya Allah SWt yang tau. Sementara pucuk-pucuk tanaman jagung mulai menampakkan diri. Tumbuh dan berkembang. Akan tetapi lambat. Akibat dari hujan tak bersahabt lagi, banyak pucuk-pucuk daun jagungnya mulai mengering terlihat sangat membutuhkan asupan air. Dan lambat laun hari berikutnya datang nampak tanaman daun hijau dan berpohon merah pekat itu semakin tak bertenaga. Akhirnya banyak yang tak kuat dan mati kekeringan.
Tepat pada tanggal 06 November 2017 kemarin tanaman jagung mereka tercatat sudah berumur 20 hari. Akan tetapi hujan masih tak kunjung datang. Barisan tanaman jagung mulai berjarak dan renggang akibat banyak yang mati. Yang hiduppun seakan-akan tak bertenaga. Dan sekarang warga orang gunung terancam gagal panen. Artinya harap-harap cemas jika kenyataan masih demikian. Tapi kami sebagai warga orang gunung tetap ber ikhtiyar dan berdo’a semoga tidak terus demikian kedepan.
Bersama keyakinan dan Ikhtiyarnya hujan pasti sangat bersahabat kedepan. Dengan itu mereka memprediksi perkiraan cuaca  dan ikhtiyarnya pasti menanam kembali jika hujan datang dengan lebat. “Gagal, lalu bangkit lagi” pantangya.

2 Responses to "Tak Kunjung Hujan Lagi, Sebagian Warga Orang Gunung terancam Gagal Panen"

  1. Kasihan, ya. Semoga hasilnya menguntungkan para petani..

    ReplyDelete
  2. Ya bang.....amin bang...mohon doanya Muhammad cepat hujan LG bang....

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel